Renungan Hidup Yang Menghidupkan
Monday, October 30, 2017
Add Comment
Saya bersyukur, hari ini masih diberikan nikmat hidup dan bisa menghirup udara segar. Disaat tahun lalu, bulan Oktober 2016, di pekan pertama, Saya harus menginap di ruang ICU dan membuat panik banyak orang.
Semua keluarga sudah dipanggil. Sanak saudara sudah berkumpul. Para sahabat turut menjenguk dan mendoakan. Yasinan pun terus menerus dilakukan. Allah... 😨
Ya, Saya berada masa kritis.
Saya tak sadarkan diri selama 2 hari. Dokter terus bolak balik memanggil istri & ibu Saya untuk mengabarkan kondisi terkini.
Saya harus segera dipasang ventilator.
Penyakit langka itu sudah menyerang bagian paru-paru. Ini yang dikhawatirkan oleh dokter sejak awal,
"Bu, kita harus bertindak cepat, sebelum GBS nya menyerang saluran pernafasan".
Saya terdiam.
Ventilator pun dipasang.
Nafas yang awalnya masih bisa lewat hidung yang (itu pun) terhalang selang makan, akhirnya terpaksa harus dialihkan lewat mulut, karena saluran pernapasan sudah terserang.
Saya tak sadarkan diri.
Pikiran pun melayang ke alam yang berbeda.
Suara-suara aneh mulai muncul.
Teriakan-teriakan dari orang tercinta terdengar kencang, tapi agak berbeda.
Saya masih tak sadarkan diri.
Saya seolah berada dalam alam yang kelam dan tak ada kehidupan. Secara perlahan, cahaya pun mulai muncul.
Uluran tangan dari seseorang seolah menarik Saya untuk masuk dalam lubang terang benderang.
Saya tak sadarkan diri.
Saya pun mulai mendengarkan suara-suara di alam nyata. Tidak seperti suara sebelumnya, ini benar-benar suara manusia.
"Dok, pak Dewa keadaannya mulai stabil", lapor petugas rawat pada Dokter lewat telepon.
Saya pun tersadar.
Tapi ada yang beda.
Nafas begitu berat. Sekujur tubuh sulit bergerak. Benar-benar tak berdaya.
Saya kaku.
Saya lumpuh.
Dokter pun akhirnya datang.
"Gimana pak Dewa, apa yang dirasakan sekarang?", tanya dokter.
Tentu Saya tidak bisa menjawab.
Mulut terpasang ventilator.
Suara dan jawaban pun sulit keluar.
"Ini dok, nafas Saya berat. Tolong lepaskan alat ini. InsyaAllah Saya sanggup nafas tanpa ini", jawab Saya dalam hati sambil berusaha menggerak-gerakan ventilator.
Banyak juga yang baca :
Cara merubah hidup menjadi lebih baik
Nasehat sahabat Rasululloh, Luqman Al-Hakim
Dokter tak merespon, mungkin tak mengerti. Saya maklumi.
Saya pun berdoa,
"Ya Allah, please mohon kasih tahu dokternya bahwa hamba gak kuat nafas pake alat ini. Sampaikan hati & pikiran Saya ke dokter itu ya Allah..."
Sejenak, tak ada respon.
Namun, Allah kabulkan doa Saya.
Dokter pun menghampiri Saya dan merespon,
"Kenapa Pak? Pengen dicabut alatnya?", tanyanya.
Saya pun berusaha mengangguk-anggukan kepala, tanda mengiyakan.
Akhirnya, alat itu pun dicabut.
Saya bisa nafas dengan alat bantu nafas biasa. Alhamdulillah...
Sejak saat itu, hati & pikiran Saya tak henti-hentinya bersyukur pada Allah. Alhamdulillah...
Allah meloloskan Saya dalam kondisi kritis.
Namun, keadaan belum begitu berubah drastis. Saya masih harus di ICU.
Alhamdulillah, selama di ICU, pasca kritis, pikiran, ingatan, dan penglihatan Saya normal.
Saya bisa merasakan apa yang sedang terjadi di ruang ICU.
Suara-suara mesin.
Keluar masuk perawat.
Suara ngaji Qur'an.
Bahkan, hingga keluar masuknya pasien ke ruang ICU.
"Innalilahi wa inna ilahi roojiuun...", ucap seorang perawat.
Ya, pasien di samping kiri Saya meninggal. Entah karena penyakit apa, tapi tiba-tiba seluruh perawat panik dan menutupnya sekujur tubuhnya dengan kain.
"Innalilahi wa inna ilahi roojiuun...", ucap seorang perawat.
Ya, pasien yang baru masuk menggantikan pasien sebelumnya yang meninggal, akhirnya meninggal juga.
Saya kaget.
Saya takut.
"Apakah selanjutnya Saya?, tanya Saya dalam hati.
Dan benar, pasien baru kembali masuk ke ruang ICU. Untuk ketiga kalinya, "Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun...", ucap perawat.
Ya. 3x ganti pasien sekamar di ICU, 3x mereka meninggal karena dipanggil Allah.
Saya makin deg-degan.
Takut? Pasti.
Bukan takut mayat mereka, tapi takut Saya meninggal dalam keadaan berlumur dosa. ðŸ˜
Saya pun berazam.
"Ya Allah, jika Engkau memberikan kesempatan hamba untuk kembali sehat, izinkan hamba untuk bisa menebar manfaat untuk banyak orang ya Allah...".
Alhamdulillah. Hari ini Saya kembali pulih. Mungkin sudah 98%, tapi ini sudah lebih dari cukup untuk memulai misi baru: hidup yang menghidupkan.
Ya, hidup yang bukan sekadar hidup, tapi mengisinya dengan kebaikan-kebaikan yang menghidupkan kebaikan lainnya.
Memposting status.
Menulis buku.
Mengaji & berda'wah.
Membersamai keluarga.
Berniaga dan berwirausaha.
...dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Mohon doanya, semoga diangkatnya kisah hidup Saya dalam novel #BidadariUntukDewa karangan Asma Nadiaa ini bisa menginspirasi jutaan orang di Indonesia.
Jujur, Saya banyak kurangnya. Banyak buruknya. Banyak dosanya...
Terlepas dari itu semua, semoga novelnya bermanfaat dan memberikan kebaikan.
Saya pun mengucapkan terimakasih...
Kepada 4214 orang yang sudah memesan Novel http://bidadariuntukdewa.com di hari pertama. Ini sungguh apresiasi yang luar biasa dari kalian semua. Terimakasih ya...
I need your du'aa..
I need your support...
Love u all..
#TulisanDewaEkaPrayoga
#kisahDewaEkaPrayoga
#SayaHanyaMengeshareLewatBlogIni
0 Response to "Renungan Hidup Yang Menghidupkan"
Post a Comment
AYO SOB TINGGALKAN KOMENTAR YANG BIJAKSANA DAN BERBOBOT